Oct 20, 2007

Film Indonesia: Dulu dan Kini

Satu pertanyaan yang muncul dalam benak saya dalam sepekan ini adalah: "Mungkinkah nantinya dunia film indonesia akan terperosok menjadi satu genre tertentu kembali dan mati suri?" Mengapa? Dalam sepekan ini di Surabaya serentak diputar 4 film horror seperti: Pocong 3, Kuntilanak 2, Jelangkung 3 dan Legenda Sundel Bolong.













Tahun 80-an saat saya masih SD sampai masa SMP sempat berjaya film dengan genre Action dan semua film yang diproduksi mengarah ke tema-tema Action dan kemudian bergeser ke tema-tema Horror.

Kemudian awal 90-san sampai pertengahan tahun 90-an, hampir semua film yang muncul adalah film panas. Saya dan teman2 kuliah saya saat itu mengelompokkannya ke dalam film "DAFTAR G" :p, dimana sebagian besar film yang diputar saat itu mempunyai judul yang diawali dengan huruf G. Contoh: Gadis "...", Gairah "...", Gelora "...", Gejolak "...", Gigolo dan lain sebagainya :).

Setelah itu? Film Indonesia seakan mati suri! Hidup segan mati tak mau! Baru setelah kemunculan film Petualangan Sherina dan diikuti dengan film lain dengan tema yang berbeda yang juga sukses secara komersil, contoh Jelangkung (mulainya tren film horror) dan film Ada Apa dengan Cinta dengan tema romance remaja. Setelah itu bermunculan film-film komersil maupun non komersil yang cukup berkualitas dan sempat memenangkan beberapa penghargaan baik di dalam dan luar negeri.

Kini? Film yang beredar berganti tren masuk ke dalam "DAFTAR H" alias film HORROR!! Memang masih ada beberapa film dengan tema selain horror dan harus diakui bahwa tidak semua film -baik horror maupun non horror tersebut- berada dalam kelompok "tidak berkualitas". Namun seperti yang pernah terjadi dahulu di era pertengahan 90-an dengan membanjirnya film "DAFTAR G" yang terperosok menjadi satu genre tertentu dan membuat perfilman Indonesia mati suri, tren (baca: latah) para produser film karena sukses komersil film horror saat ini mungkin dapat membawa dunia perfilman kita pada nasib yang sama!

Mungkin ada atau bahkan banyak yang beralasan kalo "menuruti selera masyarakat". Apa bedanya dengan dalih - maaf secara kasarnya- "mumpung masih laku keras"! Mana idealisme para sineas kita? Memang tidak dapat dipungkiri bahwa sisi komersil sebuah film tetap menjadi pertimbangan produser, tetapi akankah melenyapkan idealisme yang ada dalam sebuah karya seni?

Sebuah pertanyaan yang saya sendiri tidak mampu menjawab: "Mungkinkah nantinya dunia film indonesia akan terperosok menjadi satu genre tertentu kembali dan mati suri?".
Bagaimana dengan anda?

Gambar diambil dari: 21 Cineplex

9 comments:

Anonymous said...

Mas.. kok hafal judul pilem2 panas? Hayoooo!!!! :)

Anonymous said...

habis gelap terbitlah terang :), gak selamanya gelap rules, dalam gelap pun masih ada sedikit cahaya terang yg mampu menerobos

dunia perfilm-an saya pikir mengalami dan akan mengalami siklus yg sama; akan selalu lahir sineas baru yg mampu membawa obor baru

salam lebaran bung, mohon maaf lahir batin

Herru Suwandi said...

saya pikir penonton dan pelaku industri pelem indonesia akan lebih cerdas kok mas, masih enggak lah mati suri, apalagi dengan sineas muda seperti nia dinata, hanung dll

Bude Judes said...

tunggu saja fil 1000 shura diputar di....dimana ya? hehe

Haryo said...

#fatma
Bukannya hafal.. cuman tahu aja :)

#aroengbinang
Iya bener juga mas.. mungkin nanti muncul yang lebih kreatif..

Salam... mohon maaf lahir bathin

#herru
Mungkin juga Her... cuman sebagian diantara mereka kadang ngikuti tuntutan produser untuk bikin film seperti yang aku sebutkan...

#denadena
Mbak Den.. sampean jadi bintangya ya? apa jadi hantunya :P

JualannyaSaya said...

saya mah kurang suka nonton pilem horor apalgi horor indonesia..hhiiii..serem banget mas...mending nonton pilem action ato drama..

artja said...

kemunculan kembali film-film indonesia saat ini mudah-mudahan akan membuat sesuatu yang baik. setidaknya, kita punya alternatif pilihan hiburan. lagipula, industri ini juga mengurangi pengangguran kok, tidak cuma buat aktor/aktris yang tampan/cantik, yang wajahnya pas-pasan juga bisa jadi aktor/aktris yang laris. belum lagi kru film dan orang-orang yang terlibat lainnya.

mudah-mudahan aja, ke depannya film-film indonesia makin bermutu.

Anonymous said...

Gimana klo G dicampur dengan H? Horor dan Gairah, mungkin bakal lebih laris lagi.

Haryo said...

#lifeByYourHand
Cuman sekedar film mas.. klo makin nakutin makin laris :D

#artja
Nah karena sekarang trend ke filem horror kita malah ngga punya pilihan mas.. :D
Semoga film-film indonesia makin bermutu.

#Dony Alfan
Mas Alfan mungkin mau jadi produser untuk film Daftar G & H ? pasti laris manis.. he he :D